Kamis (17/03/2022), Dalam rangka meningkatkan peran kemampuan penyuluhan kehutanan dalam Pendampingan dan kewirausahaan Kelompok Tani Hutan (KTH) sesuai dengan komoditas unggulan, BP2SDM Menyelenggarakan kegiatan Webinar Series “Komoditas Usaha Prospektif Bidang Kehutanan (Jamur Tiram)”. Acara yang diselenggarakan secara webinar Virtual dengan menggunakan aplikasi zoom dan Juga ditayangkan di channel Youtube Pusat Penyuluhan.

“Perkembangan teknologi informasi memberikan peluang besar kepada Penyuluh Kehutanan untuk dapat belajar secara mandiri, termasuk melalui Webinar ini” tutur Kusdamayanti selaku PLt Kepala Pusat Penyuluhan dalam sambutannya pada acara ini. Peningkatan kapasitas bagi penyuluh kehutanan untuk Tahun 2022 diawali dengan webinar, yang menurut rencana akan dilanjutkan dengan Temu Teknis Kewirausahaan berbasis komoditas. Dengan rangkaian Webinar dan Temu Teknis diharapkan Penyuluh Kehutanan dapat menerapkannya dalam pendampingan Kelompok Tani Hutan (KTH) di tingkat tapak.

Saat ini kita telah memasuki Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke-empat tahun 2020-2025 dengan visi mewujudkan Indonesia Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

Sejalan dengan visi pembangunan di Indonesia, dalam rangka mendukung perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif, pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan mengubah haluan pengelolaan hutan dari timber extraction menuju Sustainable Forest Management, pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) atau Non Timber Forest Product (NTFP) yang memiliki nilai yang sangat strategis. HHBK merupakan salah satu sumberdaya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat di sekitar hutan. HHBK terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi penambahan devisa negara.

Berdasarkan informasi dari Badan Litbang dan Inovasi Kehutanan, sumbangan devisa sektor kehutanan dari hasil hutan kayu kurang lebih 20% sedangkan dari HHBK kurang lebih 80%. HHBK di masa depan, bukan saja sebagai hasil hutan sampingan, melainkan diharapkan akan menjadi hasil hutan primadona dari sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan.

Dari sekian banyak komoditas HHBK, jamur tiram  merupakan salah satu komoditas unggulan hasil hutan bukan kayu yang banyak dikembangkan oleh masyarakat.  Prospek pengembangan budidaya jamur tiram  masih terbuka luas, mengingat :

  1. budidaya jamur tiram dapat dilakukan dengan teknologi sederhana dan tidak memerlukan lahan yang luas sehingga dapat dilakukan sekala rumah tangga – industri;
  2. Ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah kehutanan/pertanian seperti serbuk gergaji, jerami dan lain-lain;
  3. Bahan pangan bergizi tinggi, lezat rasanya dan banyak disukai.

Data Statistik produksi kehutanan Tahun 2020   di Pulau Jawa tercatat produksi HHBK dari Jamur sebanyak 9.666,78 ton, dan angka statistik Indonesia 2022, luas lahan panen dan produksi jamur dari Tahun 2018-2021 rata-rata 483 hektar dan 91.280,25 ton dengan trend meningkat, baik luas panen maupun produksinya.

Jamur tiram merupakan komoditas unggulan ke-lima yang dikembangkan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH), setelah agroforestry, madu, wisata alam dan kopi. Informasi ini didapatkan dari survei secara online yang dilakukan Pusat Penyuluhan pada bulan Februari 2021 dengan responden 1.694 Penyuluh Kehutanan PNS. Saat ini pengelolaan usaha jamur tiram oleh kelompok tani sangat beragam, baik teknik budidaya, pengolahan hasil jamur maupun pemasaran,  tetapi secara umum masih perlu didorong dan ditingkatkan.

Beberapa permasalahan klasik yang dihadapi Kelompok Tani Hutan (KTH) sehingga belum mampu eksis di pasaran di antaranya pengetahuan teknis budidaya, pengolahan hasil, standar mutu pangan dan jejaring pemasaran serta permodalan. Oleh karenanya kami sangat berharap baik kegiatan webinar dan Temu Teknis ini menjadi salah satu cara untuk mengurai permasalahan yang dihadapi oleh KTH.

Para penyuluh kehutanan merupakan agen pembaharu di tingkat tapak, yang paling dekat dengan masyarakat dan dapat berperan strategis mendampingi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya dalam pengelolaan jamur secara berkelanjutan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memiliki SDM yang cukup banyak di tingkat tapak untuk melakukan pendampingan masyarakat. Pada awal Maret 2021 terdapat 2.907 orang penyuluh kehutanan PNS, terdiri dari 379 (13%) di UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan 2.528 orang (87 %) berada di bawah Cabang Dinas Kehutanan (CDK) dan UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Dinas Kehutanan/LHK Provinsi yang tersebar di 34 provinsi. Selain itu KLHK memiliki Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) yang berjumlah 6.125 orang yang berasal dari 34 provinsi. SDM ini sangat potensial untuk diberdayakan sebagai pendamping masyarakat khususnya dalam pengembangan produktivitas komoditas hasil hutan, termasuk jamur tiram.

Webinar terkait usaha prospektif bidang kehutanan kali ini menghadirkan Sutardi (PKSM KTH Mekar Jaya), Aris Munandar (Juara 1 Nasional Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat) serta Lia Amalia (Ketua KTH Citra Unggul Sejahtera da wirausaha di bidang budidaya dan pengolahan jamur tiram) sebagai pembicara. Penyuluh Kehutanan yang berkesempatan mengikuti acara hari ini diharapkan dapat membagikan informasi yang telah didapatkan selama webinar ini berlangsung dan menularkan semangat berkarya dalam pendampingan untuk menghantarkan Kelompok Tani Hutan, khususnya yang bergerak dalam pengelolaan jamur tiram, lebih maju dan berhasil.